Ini bermula sepuluh tahun yang lalu. saat saya berusia 13 tahun duduk di kelas 1 SMP. mungkin orang bilang ini cinta monyet. namun aku menyukainya, bahkan sangat menyukainya. berawal dari teman sebangku ku yang curhat bahwa ia menyukai pria tersebut. aku tak peduli dan hanya mengatakan iya iya. tapi teman sebangku ku selalu mengingatkanku untuk memandangi pujaan hatinya yang katanya terlihat lucu itu. lama kelamaan aku terbiasa memandanginya. kurasa temanku benar. ia sangat lucu dan menggemaskan. aku mulai memperhatikannya. mencuri-curi pandang saat pelajaran berlangsung. bahkan seiring berjalannya waktu... kelas 2, kelas 3 pun berlalu.. rasa itu semakin besar. bahkan kadang aku merasa bahwa ia mempunyai sedikit rasa untukku. entah aku yang kePeDean,aku merasa ia juga sering mencuri-curi pandang. bukan hanya aku yang merasa, tapi teman2 dekatku juga, atau teman dekatku hanya ingin menghiburku.
entahlah... yang kutahu aku sangat menyukainya, tiap pagi berangkat sekolah hanya wajahnya yang ingin ku pandang. jantungku berdegup kencang saat ia mulai menghampiriku dan bibirku terasa kelu saat bisa berbincang dengannya. waktu terus berjalan hingga lulus SMP, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. SMA kita berjauhan. sesekali aku menyampaikan salam lewat temanku yang sekolahnya berdekatan dengannya dan ia mengirim pesan singkat menanyakan kabarku. tiap kali menerima pesan singkat darinya, aku menari2 kegirangan, menjerit dan begitu bahagia. SMA berlalu, hingga lulus.
Kami melanjutkan kuliah di satu kota yang sama. semester awal aku menyapanya lewat jejaring sosial. sesekali kami bertanya kabar dan menghilang ditelan waktu. tempat yang berdekatan pun tak mempertemukan kami. hingga saat aku sudah lulus kuliah, ia tiba-tiba memberi kabar bahwa teman-teman SMP akan mengadakan silaturahmi idul fitri. ia memintaku untuk datang. namun sayang, saat ia mengirim pesan singkat untukku, ia salah nomor. waktu itu nyaris kami bertemu. tapi mungkin takdir belum mengijinkan. di kesempatan kedua, aku mencoba menghubunginya dengan alasan menghadiri pernikahan teman kami. dia mau datang. saat itu bahagia sekali bisa bertemu lagi dengannya. dia sudah berubah. tak seperti dulu saat kami duduk dibangku SMP. anak kecil yang super tengil. kini ia sudah menjadi pemuda yang dewasa. setelah pertemuan itu, aku menulis di laptopku bahwa hari ini aku bertemu dengannya. kami berbincang-bincang. sesekali aku melontarkan guyonan untuk menggodanya. terdengar bercanda tapi sebenarnya demikian adanya. aku kira, itu pertemuan terakhir kami. suatu saat, aku kembali ke kota dimana aku kuliah untuk menghadiri tes interview. Dua minggu aku disana, suatu hari aku menghubunginya. mengajaknya bertemu dan minum kopi bareng bersama dua orang temanku. saat itu aku ingin waktu terhenti, agar aku selalu tetap bersamanya. namun waktu terus berjalan... sehabis pertemuan itu, semalaman aku tak bisa tidur.
entahlah... yang kutahu aku sangat menyukainya, tiap pagi berangkat sekolah hanya wajahnya yang ingin ku pandang. jantungku berdegup kencang saat ia mulai menghampiriku dan bibirku terasa kelu saat bisa berbincang dengannya. waktu terus berjalan hingga lulus SMP, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. SMA kita berjauhan. sesekali aku menyampaikan salam lewat temanku yang sekolahnya berdekatan dengannya dan ia mengirim pesan singkat menanyakan kabarku. tiap kali menerima pesan singkat darinya, aku menari2 kegirangan, menjerit dan begitu bahagia. SMA berlalu, hingga lulus.
Kami melanjutkan kuliah di satu kota yang sama. semester awal aku menyapanya lewat jejaring sosial. sesekali kami bertanya kabar dan menghilang ditelan waktu. tempat yang berdekatan pun tak mempertemukan kami. hingga saat aku sudah lulus kuliah, ia tiba-tiba memberi kabar bahwa teman-teman SMP akan mengadakan silaturahmi idul fitri. ia memintaku untuk datang. namun sayang, saat ia mengirim pesan singkat untukku, ia salah nomor. waktu itu nyaris kami bertemu. tapi mungkin takdir belum mengijinkan. di kesempatan kedua, aku mencoba menghubunginya dengan alasan menghadiri pernikahan teman kami. dia mau datang. saat itu bahagia sekali bisa bertemu lagi dengannya. dia sudah berubah. tak seperti dulu saat kami duduk dibangku SMP. anak kecil yang super tengil. kini ia sudah menjadi pemuda yang dewasa. setelah pertemuan itu, aku menulis di laptopku bahwa hari ini aku bertemu dengannya. kami berbincang-bincang. sesekali aku melontarkan guyonan untuk menggodanya. terdengar bercanda tapi sebenarnya demikian adanya. aku kira, itu pertemuan terakhir kami. suatu saat, aku kembali ke kota dimana aku kuliah untuk menghadiri tes interview. Dua minggu aku disana, suatu hari aku menghubunginya. mengajaknya bertemu dan minum kopi bareng bersama dua orang temanku. saat itu aku ingin waktu terhenti, agar aku selalu tetap bersamanya. namun waktu terus berjalan... sehabis pertemuan itu, semalaman aku tak bisa tidur.
Baru kali ini aku bisa berbincang-bincang dengannya setelah bertahun-tahun tak pernah bertemu. bahkan saat SMP, ia enggan berlama-lama ngobrol denganku. akupun masih malu-malu. namun kali ini kami ditakdirkan untuk bertemu. mungkin aku terlalu terbawa suasana. hingga suatu malam aku mengatakan padanya bahwa aku sangat menyukainya. ia tak bisa berkata apa-apa. hanya "plisss" dan "jangan gila deeh". hanya kalimat itu yg ia tuliskan dalam pesan singkat. "plisss" yang mengartikan bahwa ia enggan membahas itu. aku mengerti rasaku memang tidak pernah terbalas, tapi aku hanya ingin jujur padanya. bertahun-tahun aku memendamnya. meski aku yakin, ia tau akan perasaanku terlihat dari bahasa tubuhku dan pancaran mataku, tanpa harus aku bicara. tapi bukan jawaban seperti itu yang aku mau. jujur, aku agak kecewa karena jawaban yang tidak dewasa. seorang wanita menyukai seorang pria bukankah hal yang wajar. dimana letak "kegilaannya" ?..
sejak saat itu aku menerima kenyataan, meski dengan jawaban yang tidak memuaskan. aku mencoba menerima kenyataan bahwa perasaan tak dapat dipaksa. sebulan kemudian, aku bertemu kembali dengannya disebelah kontrakannya. kebetulan kontrakan temanku sebelahan dengan kontrakannya, mungkin Tuhan menakdirkan kami bertemu untuk dia menjelaskan akibat dari pernyataanku tempo hari. kekasihnya tahu dan menangis. aku tahu, perasaan kekasihnya. bagaimana ia sangat menyayangi cowok'nya dan takut kehilangannya. mungkin jika aku jadi dia, akan melakukan hal yang sama. yaa itulah cerita cinta bertepuk sebelah tanganku. mungkin aku harus berbesar hati menerima kenyataan bahwa perasaan tak dapat dipaksa dan mungkin Tuhan sudah menyiapkan jodoh terbaik untukku. meski seringkali tiap malam aku memimpikannya. tapi toh ia tak pernah mengerti seberapa besar perasaanku. dan sekali lagi, aku harus ikhlas...
sejak saat itu aku menerima kenyataan, meski dengan jawaban yang tidak memuaskan. aku mencoba menerima kenyataan bahwa perasaan tak dapat dipaksa. sebulan kemudian, aku bertemu kembali dengannya disebelah kontrakannya. kebetulan kontrakan temanku sebelahan dengan kontrakannya, mungkin Tuhan menakdirkan kami bertemu untuk dia menjelaskan akibat dari pernyataanku tempo hari. kekasihnya tahu dan menangis. aku tahu, perasaan kekasihnya. bagaimana ia sangat menyayangi cowok'nya dan takut kehilangannya. mungkin jika aku jadi dia, akan melakukan hal yang sama. yaa itulah cerita cinta bertepuk sebelah tanganku. mungkin aku harus berbesar hati menerima kenyataan bahwa perasaan tak dapat dipaksa dan mungkin Tuhan sudah menyiapkan jodoh terbaik untukku. meski seringkali tiap malam aku memimpikannya. tapi toh ia tak pernah mengerti seberapa besar perasaanku. dan sekali lagi, aku harus ikhlas...
No comments:
Post a Comment